Yerino Ge Madai/Foto by: dokument |
Adenya berkata berlahan-lahan kepada kakanya,”kak saya merasa mau ke suatu tenpat yang jauh dari kakak? Dan kakanya menjawab “adik-adik adik-ku apakah ade memikirkan tumbuhan ,hewan dan kekayaan alam yang melimpah inika tidak, disini adalah tanah yang luas tapi tidak ada orang yang merawat, kita dua sendiri. Mungkinkah ade punya maksud membebankan kaka tanah seluas begini? Dan juga Mungkin ade katakana kakak saya hari ini jala-jalan disana sebab cuaca mendukun, brarti kaka menerimanya apa yang ade katakan?.
Tetepi ade punya maksud membebankan tanah seluas ini maka aku tidak menerima apa yang ade katakana kepadaku .
Kemudian
ade tunduk dan menangis. Seteleh menangis ade katakan kepada kakaknya, kakak
bisakah mengizinkan aku pergi disana beberapa waktu? Kemudian kakanya
menjawab”adik-adik adik-ku apa yang ade katakana kepadaku kakak menerimanya,
tetapi
dengan catatan adik-adik adik-ku janganlah berbuat yang tidak memungkinkan dan
memuaskan kepada kau dan aku di perjalanan. karena itu adalah menghalangi
kehidupan kita dua.
Kemudian
adenya menyiapkan pralatan lain yang bias memakai di perjalanan diantaranya
panah, parang, roko dan pralatan yang lainnya. Kemudian kakaya menyiapkan
makanan untuk adiknya sambil menagis.
setelah
menyiapkan makanan, kakanya memanggil adiknya untuk isi makanan yang suda
disiapkan oleh kakanya dan adenya datang mengisi makanan yang suda siapkan dari
kakanya.
Sementara
adenya mengisi makananya, kakanya mengingatkan adenya apa yang suda katakana
dari rumah. Karena kakanya merasa tidak mampu lelindungi dan merawat sendiri
kekayaan alam yang melimpah yang berada di daera itu.
Kemudian
adenya tidak menerima apa yang suda dikatakan oleh kakanya maka mereka dua
bersalaman dan adenya pergi meninggalkan kakanya ditempat yang seluas tumbuhan
hewan yang melimpah ini.
Setelah
itu adenya pergi sambil berburu dan kakanya menanam keladi ditepi pagar. Tidak
lama kemudian kakanya mendengar, adenya berteriak dari jauh mendegarya, kakak aku
sudah menyerahkan nyawaku kepada orang yang tidak dikenal, kakanya merasa
mengapa ade berteriak seperti begini karena saya suda katakana sebelum adik
pergi meninggalkan aku.
Semalam
kemudian kakanya menyiapkan makan dan pralatan yang di butuhkan di perjalanan
untuk menyusul adikanya karena kakanya tidak menerima apa yang diteriakan dari
jahu oleh adiknya karena adik adalah adikku bukanya adik orang lain.
Besoknya
kaka memeluk rumah dan pojok-pojok pagar sambil menagis, karena dia merasa
tumbuhan, hewan dan kekayaan alam yang dimiliki daerah itu siapa yang merawat
dan mungkin sewaktu-waktu milik orang lain dari situ kakanya memikirka pikiran
panjang lebar. Apakah saya pergi atau tidak dari situ kakanya memutuskan sebuah
pikiran?, tidak papa saya harus meninggalkan tumbuhan, hewan dan kekayaan alam
yang dimilikinya ini dan pergi menyusul adikku.
Karena
adikku suda hilang dibawah oleh sebuah angin yang tidak dibayangkan untu
mengalangi kehidupan kita dua oleh sebab itu aku memutuskan untuk pergi .
kakanya
meninggalkan rumah dan pergi melanjutkan perjalanannya mengikuti adiknya.
Setelah dua bukit kemudian kakanya mendengar seekor burung yang bersiul dari
diatas pohon demikian “hai….hai…hai pemuda, aku mohon adikmu suda dibunuh oleh
orang yang mau merampas tanah yang melimpah harta kekayaan ini maka anda
kembali untuk merawat dan memelihara daerahmu sendiri janganlah mengikuti
adikmu”
Setelah
mendengar kata-kata dari burung, kakanya kembali untuk memelihara kekayaan yang
ada di daerah itu,setelah beberapa tahun kemudian pemuda itu meninggal dan
merampas harta kekayaanya dari orang yang tak kenal.
Dari
donggeng diatas penulis membayangkan mungkin suatu saat papua pun akan terjadi
seperti begini, sebap beberapa pengalamn yang terjadi di tanah papua,juga seperti
demikian.
Beberapa
pengalaman yang terjadi di papua antara lain korban berkepanjangan artinya saya
meliha sudut pengorbanan nyawa untuk suku malanesia sebulan harus korban dua
atau tiga orang. korban yang terjadi ini bukan korban karna sakit yang menderita
terhadap suku ini melainkan korban yang mengakibatkan peluru senapan atau
cincang dari parang atau pralatan tajam yang lainnya.pengorbanan suku malanesia
ini bukan kita bayangkan dalam satu atau dua tahun, melainkan dalm satu bulan
korban seperti begini.
Kenyataan
ini semakin hari semakin panas di pulau papua contoh saja pada saat masyarakat
mendemokan untuk mengajukan aspirasinya kepada pemerintah daearah
setempat,pasti demostrasi ini juga seorang atau lebih dari satu orang akan
mengorbankan nyawanya.
Pengalaman-pengalaman
yang terjadi ini kininya kita harus sadar bahwa bagaimana solusi untuk
menyelesaikan persoalan ini sebab, saya melihat pengorbanan yang terjadi ini
mungkin akan terjadi punanya suku malanesia sesuai dengan donggeng di atas.
Penulis : Ye Ge Ma
Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pemerintahan Masyarakat Desa,”STPMD,APMD” yogya.
Posting Komentar